Ketika Komunisme Tak Laku di Wall Street, Islamisme pun Tertawa


Arakan demonstran di Amerika yang menolak penjajahan ala Wall Street dibilang basi karena menawarkan sesuatu yang usang bernama komunisme sebagai solusi. Katanya masyarakat Amerika sudah terlanjur ngeri dengan yang namanya komunis. Mungkin mereka masih trauma atau entahlah, tetapi komunisme sudah terlanjur dianggap meniadakan demokrasi dan kebebasan individu. Sehingga demonstran yang turun ke jalan ibarat pepesan kosong, masyarakat tanpa amunisi, yakni kalangan mahasiswa. Tetapi ketika komunisme tidak laku, lantas apa yang akan dijual sebagai solusi?

Kelompok islamis pun tertawa. Makanya pakai ekonomi syari’ah. Kelompok islamis yang dimaksud di sini adalah mereka-mereka yang menginginkan untuk menegakkan syari’ah Islam sebagai konstitusi negara, sistem pemerintahan, sistem ekonomi, dan hal-hal yang mencakup seluruh bidang sosial, politik, budaya, ekonomi. Secara akidah dan ibadah mereka puritan, tetapi dalam hal penegakkan syari’ah di ranah politik, ada perbedaan pandangan di antara mereka; ada yang ingin mendirikan sistem kekhalifahan seperti Hizbut Tahrir, ada pula yang tidak perduli bentuk negaranya apa dan bagaimana, asalkan undang-undang dasar negara atau konstitusi negaranya berdasarkan syari’ah Islam. Termasuk dalam bidang ekonomi, beberapa pakar di bidang ini terus menerus menyerukan bahwa sistem ekonomi Islam adalah yang paling unggul dan melebihi sistem manapun di dunia, termasuk kapitalisme, sosialisme, atau komunisme (jika komunisme juga sistem ekonomi), karena itu ketika terjadi ketimpangan dan krisis pada sistem kapitalisme atau komunisme, mereka akan menertawakan dari jauh sambil melambai senang dan berlagak sebagai juru selamat. Maklum saja karena ada backingan surga di belakang mereka.

Seiring dengan krisis melanda Amerika, maka Hizbuttahrir bisa dengan bangga mengatakan bahwa apa yang mereka prediksikan adalah benar, bahwa kapitalisme akan segera hancur dan hanya sistem ekonomi Islam yang bisa menyelamatkan perekonomian dunia. Secara tak langsung mereka ikut menertawakan Amerika, dan juga memeringatkan negara-negara di seluruh dunia bahwa tidak ada yang lebih sempurna ketimbang syari’ah. Sosialisme, komunisme, kapitalisme, lantas bagaimana dengan islamisme? ada yang berani mencoba. Mungkin mereka tidak menerima apabila dikatakan islamisme, katakan saja para pengusung sistem syari’ah Islam, entah dalam bentuk khilafah atau model lainnya, yang jelas penegakkan syari’ah harus total di seluruh lini kehidupan manusia. Lalu bagaimana dengan Indonesia?

Indonesia sih mengaku punya sistem Pancasila yang dulu pernah dikumandangkan Soekarno di sidang PBB untuk menolak kapitalisme dan komunisme. Pidato presiden yang satu itu masih dikenang hingga sekarang, intinya kapitalisme bagus tapi tak berkeadilan sosial, sedangkan komunisme hebat tetapi tak bertuhan. Karena Pancasila yang ditawarkan Bung Karno ditolak oleh negara-negara blok Timur dan Barat, (mungkin) saja dia mutung sehingga keluar dari PBB dan menerapkan Pancasila di tanah airnya sendiri. Padahal waktu itu kalangan islamis sudah koar-koar agar bung Karno menerapkan sistem syari’ah Islam secara keseluruhan. Namun bung Karno tetap bersikeras menolak, ideologi apapun boleh asalkan tidak mengganggu keutuhan NKRI. Walaupun akhirnya dalih itu dijadikan alat untuk melawan orang-orang yang mengancam tahtanya.

Demikian pula Soeharto juga sama menerapkan standar ganda terhadap kalangan islamis. Setelah era reformasi ini, pintu demokrasi terbuka dan tentunya mereka pun juga menjadikan demokrasi sebagai ajang untuk dakwah terang-terangan atas ideologi yang mereka anggap benar dan paling tepat. Sedangkan pemerintah di era reformasi yang silih berganti, apalagi di rezim SBY ini, justru lebih condong ke Barat. Hal tersebut yang membuat mereka semakin gigih berjuang untuk menegakkan syari’ah islam di bumi pertiwi. Seiring kapitalisme Amerika sana hancur, lalu ke mana Indonesia akan mengekor? Apakah SBY sanggup menerjemahkan ekonomi Pancasila atau justru cuci tangan biar tidak terkena imbas krisis Amerika dan lari ke China. Lagi-lagi dari jauh terdengar tawa, Makanya pakai ekonomi syari’ah yang paling benar dan pasti direstui Tuhan.

Kalau bagi saya sih Tuhan sekarang ini cuma sedang bermain dadu dengan setan dan tertawa terpingkal-pingkal.

Tinggalkan komentar