Viktimisasi Perempuan ala Gubernur, Tipikal Cara Pandang Lelaki


13163648181769832021

Tulisan ini ditujukan sebagai kritik terutama kepada Foke yang bertindak diskriminatif terhadap perempuan yang memakai rok mini. Ujug-ujugsi Gubernur menyoroti soal rok mini dengan berusaha mengait-ngaitkannya terhadap kasus pemerkosaan yang belakangan terjadi. Jelas bahwa semestinya sebagai seorang Gubernur harus menghargai, menghormati perempuan baik itu berjilbab atau ber-rok mini. Kalau justru ucapannya malah membuat rok mini semakin bermakna pejoratif dan perempuan ber-rok mini samakin bermakna penjaja seks, maka Gubernur Foke telah disadari atau tidak sadari membuat sekat dan memilah-milah warganya secara diskriminatif.

Sebelumnya Foke bilang, “Tetapi bayangkan juga kalau orang naik mikrolet, duduk di depan tetapi pakai rok mini, kan agak gerah juga,” ujarnya sambil menunjuk ke arah pahanya menggambarkan rok mini. Masa’ Gubernur ucapannya mirip orang-orang yang berpikiran sempit. Ucapannya sama saja dengan orang-orang yang berkata, “Makanya kalau nggak mau dilihat jangan pamer.” orang-orang semacam inilah yang harus diwaspadai oleh Foke, mereka orang-orang yang langsung berdiri kemaluannya ketika cuma lihat rok mini sehingga jika sudah sampai ubun-ubun dan tak sanggup menahan libido, maka bisa saja melakukan tindak pemerkosaan.

Jadi, sebenarnya pikiran manusianya yang kotor, sedangkan rok mini hanya pakaian biasa. Berpakaian adalah pilihan dalam aktifitas kehidupan manusia, mau berpakaian terbuka atau tertutup semestinya tiap individu saling menghargai pilihan-pilihan yang diambil oleh individu lain. Namun mungkin karena pikiran kotor manusia-manusia berpenis ini, makanya rok mini diasosiasikan maknanya dengan simbol seks. Pantas saja kemudian Foke juga gerah karena mungkin juga pikirannya sudah mengasosiasikan rok mini dengan hubungan senggama. Jadi pikiran Foke a.k.a Fauzi Bowo yang juga sudah kotor.

Cara pandang yang viktimisasi korban seperti itu memang tipikal cara pandang lelaki yang selalu menjadikan perempuan sebagai objek seksual. Padahal perempuan juga bisa “konak” kalau melihat lelaki telanjang dada dengan bentuk perut six pack. Artinya perempuan juga punya cara pandang tersendiri terhadap seksualitas yang dipandang dari tubuh laki-laki. Namun perbedaannya perempuan tidak mengeksploitasi itu sehingga tidak perlu membatasi kaum laki-laki dengan apapun juga sebagaimana sebaliknya justru kaum lelaki yang membatas-batasi perempuan dengan segala pola pikir, penafsiran, dan berbagai macam dalih lainnya.

Oleh karena kegemaran menjadikan perempuan sebagai objek eksploitasi seksual, akhirnya terbentuklah cara pandang viktimisasi yang tipikal dimiliki lelaki. Akibatnya ketika ada kasus pemerkosaan terhadap perempuan yang jelas-jelas menjadi korban, namun malah yang disalahkan justru si perempuan tersebut hanya karena soal pakaian bagaimana yang dia pakai. Naif banget kan kaum lelaki. Apalagi jika kaum lelaki seperti ini jadi pejabat negara, ujung-ujungnya ya seperti Foke itu.

Anehnya lagi, justru tipikal kaum lelaki naif seperti Gubernur itu, seringkali bilang perempuan yang ber-rok mini tapi tidak mau dilihat auratnya sebagai perempuan egois. Lagi-lagi logika naif ditambah egois sedang bermain di sini. Seharusnya perempuan bebas mengenakan apa yang perempuan mau sebagaimana lelaki bebas mengenakan apa yang mereka mau. Tetapi tipikal lelaki naif seperti itu malah akan meneriaki perempuan yang berteriak soal kebebasan dan kesetaraan antara lelaki dan perempuan untuk setara dihargai dan dihormati, sebagai pihak yang egois. Artinya mereka membenarkan jika ada terjadi pemerkosaan kepada perempuan ber-rok mini maka itu disebabkan karena rok mininya, sebaliknya nanti jika ada pemerkosaan kepada perempuan berjilbab barulah mereka bilang itu bukan karena pakaiannya. Lihat kan betapa naif, diskriminatif, egois, dan hipokrit pula pola-pola pikir seperti ini.

Ada pula yang sering mengatakan Ada Sebab Ada Akibat atau Ada Asap Pasti Ada Api. Sadarlah bahwa artinya: sebab (api) = otak cabul, punya nafsu binatang, dan suka menyalahkan orang lain. Akibat (asap) = kejahatan, pemerkosaan, merasa paling benar dan orang lain yang salah. Buat yang memakai konsep sebab/akibat, api/asap sebagai pembenaran. Logika kalian lebih dungu karena sedang membenarkan pelaku kejahatan! Kejahatan tetap kejahatan, harus dihukum! Cabul tetap saja cabul, kotor/jorok tetap saja jorok, walaupun tak melihat rok mini.

Belajarlah untuk tidak menjadikan perempuan objek eksploitasi seksual. Apakah cara pikir kalian cuma di seputar selangkangan, padahal katanya lelaki punya 9 akal dan 1 nafsu, jika kalian memang mengaku begitu, mengapa 1 nafsu kalian tidak bisa kalian redam dengan 9 akal. Justru dengan 9 akal, kalian malah mendiskreditkan perempuan dengan segala rasio serta logika naif kalian. Sekalian pula, jangan cuma “kumis” dipanjangin, pola pikir juga.

sumber tulisan: artikel kompasiana

Tinggalkan komentar